Menjelang penerapan Kurikulum 2013 yang ditargetkan akan dimulai pada
bulan Juli nanti, ada banyak hal yang harus pemerintah siapkan. Dari
sosilaisasi mengenai pemahaman dan pelaksanaan teknis pengajaran, sampai
pada ranah strategi pelatihan mengenai Kurikulum 2013 ini.
Pendidikan menuju masa depan adalah pendidikan yang membebaskan, membuka
pintu bagi setiap peserta didik supaya bisa mewujudkan cita-cita sesuai
minat dan bakat masing-masing, sehingga mereka akan menjadi pribadi
mandiri yang siap saling berkompetisi dan berkolaborasi. Dari hal
tersebutlah, diharapkan akan lahir para generasi bangsa yang siap tampil
untuk memajukan negara.
Dalam mencapainya, pemerintah, yang dalam hal ini diwakili oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana akan
mengganti kurikulum KTSP yang kini masih bergulir menjadi Kurikulum
2013 yang rencananya pada tahun ajaran baru nanti akan diterapkan.
Dengan pendekatan tematik integratif, kurikulum ini mengembangkan
kompetensi inti sebagai integrator horizontal yang mengikat keseluruhan
mata pelajaran (mapel) dan jenjang pendidikan sebagai kesatuan. Dalam
praktiknya di SD atau SMP, misalnya, kurikulum ini akan meleburkan
materi sejumlah mapel ke dalam mapel lain. Jumlah mapel pun berkurang,
sehingga mengakibatkan kurikulum ini terkesan padat dan ringkas (Kompas,
11/5/2013).
Mohammad Nuh juga mengemukakan bahwa ada tiga komponen penting
dalam kurikulum baru. Tidak hanya menekankan nilai penting aspek
pengetahuan dan keterampilan, kurikulum baru menekankan perbaikan
sikap siswa berlandaskan agama dan budi pekerti. Materi budi pekerti
akan banyak diselipkan pada mata pelajaran agama. Karena itu, porsi jam
mata pelajaran agama bertambah dari dua menjadi empat jam (Suara
Merdeka, 31/4/2013).
Sosialisasi
Meskipun maksud dan tujuan dari pergantian kurikulum ini bernadakan
positif, tak dapat dimungkiri, banyak pro dan kontra yang meluncur deras
atas kebijakan tersebut. Seperti halnya kritik atas sosialisasi dan
pelatihan penerapan Kurikulum 2013 ini.
Hal itu pun diperkuat dengan hasil survei Kompas, 11 Mei 2013 yang
menunjukkan bahwa pengetahuan guru terhadap isi Kurikulum 2013 itu
amatlah minim. Terbukti, dengan persentase sebanyak 71,8 % guru yang
bersertifikasi tidak tahu, dan sebanyak 58,3 % guru yang tidak
bersertifikasi tidak tahu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa greget sosialisasi Kurikulum 2013 ini
masih rendah. Padahal salah satu faktor yang memengaruhi sukses
tidaknya penerapan kurikulum ini berada pada kualitas guru. Akan tetapi,
pemerintah malah seakan tidak pernah memberikan pelatihan yang
sungguh-sungguh. Atau karena faktor dari pelaku pelatihan itu sendiri
yang tidak sungguh-sungguh. Seperti banyaknya waktu pelatihan yang
dikorupsi menjadi dua hari saja, meski para guru diminta untuk tanda
tangan selama lima hari.
Bahkan, apabila kita mengaca pada penerapan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, sebenarnya para guru selaku pelaku yang menerapkan kebijakan
kurikulum baru ternyata memiliki kecenderungan terkena efek
keterbalikan.
Maksudnya, faktor usia dan jam terbang guru ternyata berbanding
terbalik dengan pengetahuan guru dengan kurikulum baru. Akibatnya,
meskipun kurkulum baru sudah ditetapkan, mereka masih menerapkan
kurikulum KTSP, KBK, bahkan sebagian guru-guru yang terbilang sepuh
masih menggunakan kurikulum 1984. Maka dari itu, sosialisasi dan
pelatihan terhadap kurikulum baru ini amatlah vital nilainya.
Terkesan Dipaksakan
Selain itu, penerapan Kurikulum 2013 seakan dipaksakan. Waktu untuk
mempersiapkan segala sesuatunya terkesan minim dan dipaksakan, dan
menyisakan beberapa problematika yang belum tuntas.
Misalnya, nasib guru-guru mapel Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) di jenjang SMA/MA/sederajat dan SMP/MTs/sederajat yang terancam
menganggur jika Kurikulum 2013 diterapkan. Sebab, mata pelajaran itu
akan dihapuskan dari Kurikulum 2013 (Suara Merdeka, 4/4/2013). Lalu
bagaimanakah dengan nasib mereka, apalagi setiap tahunnya ada sarjana
pendidikan TIK yang lulus dari perguruan tinggi? (24)
- Hendra Saputra, Sekretaris Redaksi Majalah Lembaga Pers Mahasiswa
Edukasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar