PENDIDIKAN berkarakter pada Kurikulum 2013 begitu ramai
diperbincangkan. Bahkan pemerintah telah siap dengan kurikulum terbaru
berbasis karakter Kemahiran Berpikir secara Kreatif dan Kritis (KBKK).
Kurikulum yang didesain dengan tujuan agar siswa mendapat latihan
berpikir secara kritis dan kreatif dalam membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah dengan bijak, dapat mengaplikasikan pengetahuan,
pengalaman dan kemahiran berpikir secara lebih praktik, baik di dalam
atau di luar sekolah, dan dapat menghasilkan ide atau ciptaan yang
kreatif dan inovatif.
Pendidikan karakter diperlukan mengingat telah terjadi degradasi moral pada bangsa ini, khususnya generasi penerus bangsa.
Pertanyaannya, apakah perubahan kurikulum ini bisa menjamin terbentuknya karakter anak?
Faktor Guru
Salah satu faktor keberhasilan kurikulum adalah guru. Banyak
guru-guru atau pendidik cerdas di antara kita, namun hanya segelintir
dari mereka yang bisa membakar semangat siswanya untuk belajar. Mereka
cerdas, pengetahuannya luas, tapi tidak banyak yang bisa membangun
motivasi anak didiknya. Sebab itulah, banyak siswa hanya bisa menghafal
daripada mengembangkan. Banyak siswa yang tidak mampu mengembangkan
imajinasinya.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya retorika guru dalam
menyampaikan pelajaran. Retorika yang menyelipkan unsur motivasi dalam
mata pelajaran masih jarang digunakan oleh guru.
Kebanyakan guru hanya bisa bercerita tanpa muatan motivasi yang kuat.
Banyak guru yang hanya mendapatkan bahan ajar dari literatur internet
atau buku.
Sebenarnya, jika guru mampu bercerita dengan baik, sekalipun
menggunakan bahan dari buku cerita, dan mampu memberikan motivasi,
itu akan lebih baik. Namun, tidak banyak guru yang bisa bercerita dengan
baik, sehingga banyak pesan moral dalam cerita tidak sampai dengan
baik.
Saat guru menceritakan pengalamannya sendiri, siswa akan mendapat
asupan motivasi dari sumber yang tepercaya. Pengalaman guru ini menjadi
bahan ajar bagi anak didiknya.
Mari jadikan diri kita sebagai sosok pendidik yang mampu memberi
motivasi kepada anak didik, melalu cerita inspiratif dari diri kita
sendiri, bukan hanya cerita bualan kosong, tapi sebuah realita hidup.
Semua kalimat motivasi yang berasal dari pengalaman hidup akan lebih
bermakna dan membekas di lubuk hati setiap orang yang mendengarnya.
Menanamkan karakter pada anak tidak akan sulit, karena mereka
melihat sosok kita, seperti apa yang mereka lihat. Dengan begitu, siswa
dapat meningkatkan aspek kognitif dan afektif, dan seterusnya
meningkatkan intelek mereka yang berkarakter. (24)
--Sule Subaweh, staf Universitas Ahmad Dahlan, pemerhati masalah pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar