GURU merupakan profesi mulia. Bahkan guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Profesi guru adalah sebuah amanah besar, yang harus dijalani dengan
melibatkan segenap kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual.
Apabila seorang guru hanya mengandalkan kemampuan intelektual saja, maka
ia hanya akan menjadi guru yang teoritis. Apabila hanya melibatkan sisi
emosional saja, maka akan melahirkan guru yang temperamental. Ada
beberapa kasus guru memukul siswa karena tidak bisa menjawab
pertanyaannya.
Seharusnya menjadi guru merupakan panggilan hati. Ada sinergi antara
sisi intelektual (ilmu yang dikuasai), emosional (peka dan mampu
memahami peserta didik), dan spiritual (profesi guru adalah sebuah
amanah yang akan dipertanggungjawabkan kepada Yang Maha Kuasa).
Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak cukup hanya menguasai
ilmu yang akan diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi
peserta didik yang dihadapinya.
Dengan demikian, sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu
mendidik, memberi teladan yang baik, bisa memahami kondisi kejiwaan
peserta didik, serta mampu memotivasi dan memberi semangat siswanya.
Guru yang inspiratif harus mampu memberikan layanan pendidikan kepada
peserta didik yang memiliki latar belakang yang beragam, baik fisik,
intelektual, sosial, maupun emosional). Setiap individu adalah unik.
Ketika kita memperhatikan peserta didik di kelas dengan latar belakang
usia hampir sama, akan memperlihatkan penampilan, kemampuan, temperamen,
minat yang beragam terhadap suatu pelajaran.
Belum tentu anak yang duduk manis dan diam itu memperhatikan dan
mampu menyerap materi pelajaran dengan baik. Belum tentu juga anak yang
ramai, tidak bisa diam di kelas identik dengan anak yang nakal dan
bodoh.
Agar bisa menjadi guru yang inspiratif, seharusnya kita mampu
memahami kondisi siswa yang beragam, dan berprinsip bahwa ”tidak ada
anak yang bodoh”.
Belum tentu anak yang dicap bodoh oleh gurunya itu tidak punya
kelebihan. Bisa jadi anak tersebut mempunyai kelebihan di bidang lain.
Mungkin bisa menonjol di musik, interpersonal, intrapersonal,
kinestetik, matematika, atau lainnya.
Kompetensi
Untuk itu, guru sebagai ujung tombak sekaligus garda terdepan
keberhasilan pendidikan harus memiliki beberapa kompetensi, baik
profesional, pedagogis, personal, maupun sosial. Selain itu, kompetensi
guru bukan hanya menguasai apa yang harus diajarkan, tapi bagaimana
menyampaikannya kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih
menarik, menyenangkan. Siswa menjadi semakin termotivasi ketika sedang
belajar dengan sosok guru yang mampu memberi inspirasi tersebut.
Agar bisa menjadi sosok guru yang inspiratif, guru harus mampu
memegang prinsip care, share, trust. Care, artinya mampu memberi
perhatian pada siswa dari latar belakang (fisik, intelektual,
sosio-emosional) yang berbeda. Guru harus bisa merangkul, memberi
semangat, dan memotivasi siswa di kelas. Share, artinya guru harus mampu
membagi ilmu yang dimiliki dengan menciptakan suasana pembelajaran yang
kreatif, inovatif, dan menantang bagi siswa. Guru harus mampu merancang
strategi pembelajaran, metode, dan media yang menarik bagi siswa.
Trust, artinya guru harus bisa menjadi sosok yang dapat dipercaya, dan
bisa memberi teladan, serta menanamkan karakter yang baik bagi siswa di
sekolah.
Dengan mengenal lebih dekat pada peserta didik, guru akan dapat
menemukan strategi yang tepat dalam memberikan bimbingan dan
membangkitkan motivasi belajar siswa.
Apabila semua guru mampu memiliki mindset demikian, mampu memegang
prinsip care, share, trust dan mempunyai kemampuan intelektual,
emosional, dan spiritual, maka peserta didik akan merasa nyaman berada
di kelas, tidak ada anak yang membolos. Bahkan kehadiran guru inspiratif
tersebut akan selalu dinanti di kelas. (24)
—Dholina Inang Pambudi MPd, dosen FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. (Suara Merdeka.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar